
31 Desember 2008
29 Desember 2008
25 Desember 2008
23 Desember 2008
Type Pemimpin bukan Manager

Namun apa yang terjadi............ ketika sosok tua yang gagah sedang berjalan mendekati kerumunan mahasiswa yang tak beraturan ....... SEMUA DIAM TERPAKU........ bak anak BALITA yang sudah kenyang makan.
Nah.... disini kita semua menyadari bahwa sosok tua yang gagah ini sangat "berwibawa" dan mempunyai "kharismatik" yang tinggi, mempunyai type kepemimpinan yang baik, terbukti ada "warisan" kepemimpinan yang ditinggalkan, yang sampai kini masih berdiri kokoh di Bendan Duwur.
Saat itu saya jadi Ketua PAMAFA V yang mana dari 9 Ketua Lembaga, Pers Kampus, BPM, Senat, Pramuka, Menwa, Koperasi, kena damprat oleh KODIM bp. Sudibyo yang mempunyai kumis tebal dan sang

Sedang dilapangan di jaga aparat dari POLTABES Semarang.
Sekarang SAYA berpikir " KENAPALAH DULU KITA DEMO KAWAN-KAWAN........???? " inga......inga......
Pada saat saya melaporkan PAMAFA juara I "LOMBA LINTAS ALAM" dalam memperingati pertempuran lima hari di Semarang dengan rute Ambarawa- Semarang. Beliau pernah meramal saya dengan melihat telapak tangan saya sebelah kiri. Ada dua hal yang beliau katakan tentang diri saya, dan ini terbukti semuanya dan betul saya alami, ..............terima kasih pak TIMAN
"Buka gudang, keluarkan semua cangkul, parang, bila ada mahasiswa Pelayaran yang masuk kedalam Kampus, HAJAR DULU, URUSAN BELAKANGAN ini kandang kita, dan saya yang bertanggung jawab " kurang lebih itu yang beliau katakan pada saat situasi genting dalam menghadapi petandingan olah raga yang membuat suasana sedikit tegang. Karena berani dan mental yang sangat kuat teman-teman kita dari kawasan TIMUR
by Hengki Hermawan' 88 Readmore »»
18 Desember 2008
Pribadi Yang Tangguh
Dengan kekuatan pikiran, manusia melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan, membangun harapan-harapan baru, dan membuat mimpi-mimpi menjadi kenyataan. Bahkan, dengan kekuatan pikiran, kualitas hidup seseorang bisa ditentukan.

Orang faktual biasanya lebih mampu mengendalikan perasaan. Soalnya, pikirannya mampu mengolah fakta-fakta yang terekam di otak secara lebih mendetil sebelum dimasukkan ke "hati". Sebaliknya, orang sensitif akan cenderung emosional, karena biasanya pada saat merespons realitas yang tengah dihadapi, pikirannya tidak mengolah kembali fakta-fakta yang terekam di otak, akan tetapi langsung memasukkannya ke dalam "hati" apa adanya. Ia mengolah informasi dengan perasaannya.
Proses itulah yang menyebabkan orang faktual cenderung tenang, penuh perhitungan, dan mampu mengendalikan diri. Sebaliknya, orang sensitif cenderung cepat gelisah, tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan, tidak sabar, dan sukar mengendalikan diri.
Dengan pengoptimalan pikiran, kita dapat mengendalikan perasaan dan juga kehidupan ke arah yang kita inginkan. Dengan pikiran kita dapat mengubah perasaan sedih menjadi perasaan senang, takut menjadi berani, minder menjadi percaya diri, pesimis menjadi optimis, atau bosan menjadi penuh gairah. Maka tidak salah bila seorang filsuf, Marcus Aurelius, memiliki pandangan bahwa "Hidup kita ditentukan oleh pikiran".
Kalau berpikir tentang hal-hal menyenangkan, maka kita akan menjadi senang. Jika memikirkan hal-hal menyedihkan, kita akan sedih. Stanley R. Welty, Presiden Wooster Brush Company, berpendapat, "Pada saat keluar rumah di pagi hari, kita sendirilah yang menentukan apakah hari itu akan jadi baik atau buruk, karena tergantung bagaimana kita menjalankan pikiran kita. Dapat tidaknya kita menikmati hari itu sangat tergantung pada cara kita berpikir."
Kalau merasa kantung kita menipis, lalu mengeluh seakan-akan kita orang paling sial, bisa jadi hari itu menjadi hari paling membosankan. Tapi bila kita bangun pagi, memandang keluar jendela dan melihat bagaimana burung-burung bersiul menyambut pagi sambil merasakan kesejukan embun, mungkin kita akan mendapati hari itu sebagai hari baik. Bagaimana pun cuaca hari itu, bagaimana pun beratnya masalah yang dipikul hari itu, pikiranlah yang menentukan kehidupan kita. Yang kita pikirkan ketika itu, itulah hidup kita.
Bila dalam kesedihan kita mencoba tersenyum, sebenarnya kita tengah mencoba melepaskan diri dari perasaan sedih itu. Saat itu kita tengah menetralkan perasaan negatif di dalam diri. Hal ini sangat baik dan bisa membantu agar kita tidak terlalu larut dalam duka.
Memang, ada banyak hal yang menyakitkan, yang membuat kita cemas atau kesal. Namun jangan larutkan diri di dalamnya. Jangan biarkan masalah apa pun membuat kita patah semangat. Berpikirlah pada hal-hal positif yang bisa dilakukan. Dengan begitu kita akan menjadi orang tangguh yang tak mudah jatuh. Pikiran kita menjadi terbiasa untuk selalu positif, dan kita akan lebih mudah mencapai cita-cita. Dan yang lebih penting, hidup kita akan menjadi lebih menyenangkan. (Diadaptasi dari majalah INITISARI edisi Maret 2001)
17 Desember 2008
Anggota Luar Biasa
MARI KITA ARTIKAN KATA PURNA JIKA DI SAMBUNGKAN DENGAN PAMAFA ( PURNA PAMAFA ) MAKA MENGANDUNG ARTI...PENSIUN DARI PAMAFA, BEBAS TUGAS DARI PAMAFA,SUDAH SELESAI TUGASNYA DARI PAMAFA,SUDAH TIDAK BERTUGAS LAGI DI PAMAFA,
dARI AWAL MENDENGAR ISTILAH INI AKU SUDAH CUKUP " ALERGI "...
kITA JUGA MENGETAHUI BAHWA SEORANG PAMAFAWAN SEJATI TIDAK AKAN PERNAH SELESAI TUGASNYA DI PAMAFA...SAMPAI HAYAT DI KANDUNG TANAH...PERLU DI INGAT KITA HARUS BISA BEDAKAN ANGGOTA AKTIF DENGAN NON AKTIF ( BISA JADI KARENA KESIBUKAN TUGAS ATAU HAL LAINNYA SESEORANG NON AKTIF SEMENTARA... ) TAPI KITA TAK BISA MEMBERI DIA GELAR " PURNA "...
tEPATKAH KATA PURNA PAMAFA KITA BERIKAN KE bAGUS YANG MASIH MALANG MELINTANG DI DALAM PERUT BUMI ?, eMON DAN aDAM YANG ENTAH SUDAH BEBERAPA TAHUN PENSIUN DARI MAHASISWA MASIH KERAP NONGOL DI BASECAMP KITA ? rAHMA,DAN SEGUDANG NAMA LAINNYA...PENULIS SENDIRI WALAU SUDAH BERKEPALA EMPAT MASIH TERUS " NGELAYAP" .....
iSTILAH YANG TEPAT DAN UMUM DI PAKAI MUNGKIN " ANGGOTA LUAR BIASA "...KENAPA LUAR BIASA ? KARENA WALAUPUN STATUSNYA BUKAN MAHASISWA LAGI TAPI SESEEORANG TSB MASIH MAU MEMIKIRKAN ORGANISASINYA...APAKAH ITU BUKAN SUATU KELUARBIASAAN ? MALAH TAK JARANG PARA ANGGOTA LUAR BIASA INI LEBIH AKTIF DARI ANGGOTA BIASANYA...
iSTILAH INI PERLU KITA RUBAH AGAR KITA TIDAK MEWARISKAN SATU KESALAHAN UNTUK KETURUNAN KITA SELANJUTNYA...MUMPUNG MASIH ADA YANG INGAT....bRAVO PAMAFA. SELAMAT MENJADI ANGGOTA luar biasa...
QIWINK
Cangkul Tua Senjata Pak Tani
Tetap saja melangkah dengan tenang, membawa setangkai cangkul tua, mungkin setua usianya. Cangkul itu menjadi saksi bisu perjalanan Kakek tua yang telah bercucu tujuh ini. Kakek tua itu tak pernah mengeluh dan “sambat” kepada cangkulnya. Sebilah sabit tajam juga menjadi teman setianya untuk membersihkan cangkulnya dari tanah yang lengket memeluk cangkul.
Mataku mengikuti langkahnya yang tetap tegar di sepanjang pematang memanjang. Sebentar dia memandang lurus ke depan seakan tak ingin ada jalan yang salah untuknya.
“Sawah ini dulu pemberian kakekmu, …..”, Tiba-tiba pak tua sudah duduk disampingku dibawah pohon pisang tepi pematang.
“Tak terlalu luas memang, hanya ‘seprowolon’……” lanjutnya. Aku tak tau harus ngomong apa?
Tiba-tiba, tarikan nafas yang dalam ku dengar darinya.
Sementara matahari semakin tinggi menyapa kehangatan kalbu.
”Dulu, kakekmu menggarap sawah ini untuk menghidupi ayahmu ini bersama delapan bersaudara”, guman pak tua yang tak lain ayahku.
Aku semakin bingung, harus berbuat dan berkata apa.
”Setelah sepeninggal kakekmu, semua saudara ayahmu ini merantau. Dua Bibimu diperistri orang jauh dan dibawa ke jakarta hingga sekarang, serta menjadi buruh pabrik, sedang pamanmu yang lain merantau jauh dan jarang kita bertemu” cerita ayahku seperti mengadu.
Aku mencoba bertanya tapi tak tau mau bertanya apa, aku hanya tertunduk lesu.
Aku tau perjuangan ayahku dulu ketika aku masih sekolah SLTA, saat aku bangun beliau sudah tak kulihat di rumah, hanya emakku yang didapur menanak nasi yang ”pulen” berbau khas segarnya nasi ”umbuk”, biasanya ayahku pagi-pagi sekali sudah ke sawah dan menunggu emakku mengirim ”rantang”. Duh...bahagianya mereka.
Aku semakin larut dalam lamunanku, sementara ayahku sudah bergelut dengan lumpur sahabatnya.
Sementara matahari semakin hangat menyapa wajahku.
Aku menjadi jengah,......ayahku yang tua saja masih turun ke sawah, tak pernah mengeluh apalagi mengumpat. Semua dilakukannya penuh iklas karena ridho-Nya.
Aku semakin malu, ...... (apalagi bila sering mengeluh).
Sementara ayahku yang hanya berteman sebuah cangkul yang dirawatnya sangat baik hingga dapat menghidupi keluarganya serta dapat menguliahkan anak-anaknya hingga selesai (yang diantaranya aku).
Ayahku telah membayar pupuk dengan keringatnya dan merawat tanaman dengan senyum ihklasnya.
Tiba-tiba, ayahku sudah disampingku lagi dan tersenyum penuh arti sambil ucapnya lirih ”.... sebenarnya aku dulu menguliahkan kamu ke semarang agar kembali ke desa ini, membangun desa menyejahterakan keluarga dan lingkungan, hidup tenteram dan damai serta bisa menggantikan aku bertani”.
Dan lanjutnya ”hidup ini.....harus dilakoni dengan perjuangan serta beralaskan doa syukur”.
Pundakku disentuhnya lembut dan katanya ”....ngak usah risau,...biaya kuliah anakmu sudah aku siapkan, hasil panen kemarin aku sisihkan untuk cucuku.....aku bangga, cucuku bisa kuliah dan kudengar cita-citanya ingin kembali ke desa ini.....aku merasa bahagia ........”
Aku terdiam, terdiam dan membisu.
”.......................”
Aku semakin bingung, bingung sekali....
Sebenarnya aku ingin mengatakan pada ayahku ”Jual saja sawah ini ayah!, dan uangnya aku pakai membeli mobil baru”.
”Astoqfirullah.............” bathinku terhempas dijurang yang paling dalam.
Duh,.......nistanya aku.
Aku segera bangkit dan menuntun ayahku pulang, aku segera mohon ampun pada Tuhanku dan berjanji menggantikan kerentaan ayahku untuk bersahabat dengan cangkul tuanya.
Ku tulis saat kutengok ayah ku yang masih sehat segar bugar diusia 70 tahun, Alhamdulillah.
Ditulis: Cah nDeso turune nduwur kloso. (16 Desember 2008)
WISUDA

Rencana manusia tidak selalu sama dengan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa; dan kehendakNYA adalah yang terbaik dalam kehidupan setiap orang yang beriman kepadaNYA. Demikian halnya dengan perjalanan hidup saya di Akademi Farming Semarang.
Saat wisuda yang saya nanti-nantikan sejak hari pertama menginjakan kaki di kampus kebanggaan tidak pernah saya jalani. Bukan karena saya tidak lulus, tetapi pada saat wisuda – awal tahun 1988 - saya dan seorang rekan seangkatan 1984: Hironimus Patilele, sudah berada di tengah belantara Riau sebagai karyawan bagian Forest Research sebuah perusahaan industri pulp & kertas sejak November 1987 (November 1991 saya mengundurkan diri lalu bekerja di kebun anggrek, Serang sampai tahun 1995)
Saat itu saya sedih karena tidak bisa mengikuti wisuda, terlebih tidak bisa bersama rekan-rekan seangkatan yang dengan wajah ceria dan bangga mengenakan toga.

Kata-kata bijak beliau mengandung makna bahwa kita sebagai seorang yang menyandang gelar Amd/sarjana muda atau sarjana harus bisa mendarma baktikan ilmu yang diperoleh pada saat menuntut ilmu di perguruan tinggi untuk masyarakat, demi kebaikan bersama.
Meskipun sejak tahun 1996 saya tidak lagi bekerja di bidang yang selaras dengan ilmu yang saya peroleh di Akademi Farming Semarang, saya tetap bangga pernah digembleng di kawah candradimuka yang bernama Akademi Farming Semarang.
Dengan bekal Ilmu Jiwa: “Human Approach” dari Bp. R. Soetiman Tjakrawardaja ditambah ilmu perdagangan international di LPE Tri Sakti Jakarta dan PPEI (Pusat Pengembangan Ekspor Indonesia) Jakarta; saat ini saya dipercaya oleh sebuah perusahaan industri kimia yang berbasis di Ohio, USA, untuk mengontrol distribusi di wilayah Asia Tenggara (Indonesia, Vietnam, Thailand), Asia Timur (China, Taiwan, Korea) dan Asia Tengah (India dan Srilanka).
Walaupun saya bekerja di luar bidang ilmu dari Akademi Farming Semarang namun semangat caping-caping kuning tetap tertanam di sanubari. Ada satu keinginan, dengan keterbatasan sebagai manusia saya ingin mengajak rekan-rekan almuni untuk berbuat sesuatu kepada almamater tercinta – sekecil apapun – agar nama Akademi Farming / Sekolah Tinggi Farming Semarang tidak menjadi sejarah tetapi tetap eksis mencetak sarjana-sarjana handal yang sanggup menghadapi tantangan jaman dan berkarya untuk bangsa dan negara tercinta Indonesia. (By JN ’84)
13 Desember 2008
By JN Wahyudi


KECERDASAN SPIRITUAL
Kali ini aku ingin mencoba menulis tentang “kekinian”, dimana saat ini mungkin diantara kita sedang mengalami, menjalani, menikmati, atau pun menghadapi berbagai bersoalan tentang “hidup” dalam kehidupan.
Kesempatan kali marilah kita sekedar “ngudhoroso” (instropeksi diri).
Kita kadang (sering) mendengar istilah ”krisis ekonomi”, ”krisis kepercayaan”, ”krisis budaya”, ”krisis global”, ”krisis lingkungan hidup”, dan ”krisis-krisis” yang lainnya.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, krisis artinya keadaan yang menderita, keadaan yang genting, keadaan yang suram, atau suatu keadaan yang harus segera diambil keputusan atas suatu hal. Sehingga, jika kata “krisis” diikuti dengan ”kata sifat” maka akan bermakna suatu”kondisi” yang dinilai sangat tidak diharapkan.
Pada pemaknaan “krisis-krisis” diatas pada dasarnya juga sudah masuk pada pola pikir spikologis yang membentuk makna “krisis moral”.
Artinya; “krisis ekonomi” dapat diartikan krisis bagi moral pelaku ekonomi yang menciptakan keadaan ekonomi yang tidak nyaman, “krisis kepercayaan” dapat diartikan krisis bagi moral orang yang dipercaya dan mempercayakan, “krisis global” dapat diartikan krisis bagi moral semua “komunitas obyek beserta subyeknya” yang tidak nyambung.
Ada juga hal yang menarik, yang diungkapkan oleh Stephen R. Covery yaitu seorang eksekutif yang lebih dari 25 tahun bekerja bersama banyak orang dengan latar belakang bisnis, universitas, serta banyak keluarga, tetapi mendapati diri mereka bergulat dengan kelaparan batin, yaitu kebutuhan mendalam akan keselarasan pribadi dan efektivitas, serta hubungan yang sehat dengan orang lain.
Lebih lanjut Covey menceritakan pengalamannya secara memikat dan mengejutkan:
“ Saya telah menetapkan dan mencapai citi-cita karier saya dan memperoleh keberhasilan profesional yang luar biasa. Akan tetapi, hal ini mengorbankan kehidupan pribadi dan keluarga saya. Saya bahkan tidak yakin, apakah saya mengenal diri saya sendiri dan apa yang sebenarnya peting bagi saya. Saya harus bertanya kepada diri sendiri, apakah keberhasilan ini sepadan?”
“Ada begitu banyak yang harus dikerjakan. Dan tidak pernah cukup waktu. Saya merasa tertekan dan diburu-buru sepanjang hari, setiap hari, tujuh hari seminggu. Saya telah mengikuti seminar-seminar tentang manajemen waktu dan saya telah mencoba setengah lusin sistem perencanaan yang berlainan. Memang saya sedikit terbantu, tetapi saya masih tidak merasa menjalani kehidupan yang bahagia, produktif, dan damai seperti yang saya inginkan”
Dari sekelumit ungkapan tokoh eksekutif yang menjadi panutan eksekutif lainnya ini masih “ngudhoroso” dirinya sendiri sedang mencari apa? Kelihatan tragis memang, tapi ini kenyataan dialami oleh setiap orang yang merasa sangat dibutuhkan. Sehingga suatu penunjukan satu kecenderungan besar di zaman ini: manusia yang tidak bisa tahu lagi bagaimana seharusnya mengenali diri sendiri dan menjalani kehidupan di dunia ini secara benar dan bermakna.
“Kehendak hidup bermakna” ini sekarang menjadi visi hidup alternatif di tengah meluasnya problem-problem spiritual yang menjangkiti manusia modern sekarang ini. Tanpa hidup bermakna, hidup kita akan mengalami kegelisahan spiritual, problem spiritual, dan bahkan krisis spiritual, sebagaimana yang dialami Covey diatas.
Maka kita semua bisa terkena hal serupa: krisis spiritual yang ditandai dengan merasa hidup tak bermakna. Jika lebih parah apa yang kita alami maka kita akan terjangkit penyakit spritual.
Ciri-ciri kita terjangkit penyakit spiritual diantaranya adalah; kita mengalami penyakit alienasi (keterasingan diri), baik dari diri sendiri, lingkungan sosial, maupun teralienasi dari Tuhannya (menurut Carl Gustav Jung).
Pada beberapa literatur yang lain muncul istilah-istilah yang menggambarkan problem psikologis-eksistensial-spiritual seperti keterasingan spiritual, krisis spiritual, patologi spiritual, dan penyakit spiritual, yang kesemuanya itu pada intinya menunjukkan terkoyaknya ruang spiritual dalam diri kita.
Kesimpulan:
Kita harus dapat ”memaknai” perjalanan hidup kita, menjalankan kehidupan dengan penuh kesadaran akan makna kita ”ada untuk apa” dan bagaimana kita ”berbuat” penuh makna.
Hanya satu perjalanan spiritual pemaknaannya yaitu menyadari bahwa Tuhan menciptakan manusia harus ”bermakna” untuk-Nya. Sehingga segara krisis yang kita alami menjadi peringatan dari Tuhan agar kita tak melupakan-Nya.
Sekian, terima kasih.
Ganjar Pwdd.
Eksistensi Lubang Dubur
News Info
- Ternyata Ketua Umum Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Tertinggal Indonesia (YMPTI) sekarang adalah beliau Bapak Sinis Munandar (asli comal) alumni akfarm angkatan 1966 dan no telponnya : telp kantor : 021 7805206, telp rumah : 021 7816630
- Djoko Pramono (lulus th. 1980) sekarang beliau bekerja di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jateng (Alamat....?..... www.bptpjateng@indosat.net.id, www.bptp-jateng@litbang.
deptan.co.id
sekian dulu ya......
tim pelacak alumni farming(Ganjar P)
10 Desember 2008
By Ganjar Pramono 84
Ketika tiba-tiba angan ku melayang dan jatuh disuatu masa 24 tahun lalu. berdiri dengan latar belakang sederet bukit.
Aku tertegun, seakan tak percaya aku bisa kuliah di
Memang tidak mudah bagiku untuk menyakinkan kedua orang tuaku bahwa jika aku kuliah di Akfarm akan membawaku ke masa depan yang lebih baik, apalagi saat itu pula aku sudah mendapat tawaran untuk bekerja di dunia “Pertanian”, sekedar diketahui aku memiliki latar belakang pendidikan SLTA di Sekolah Pembangunan Pertanian (SPP).
Kembali anganku menghujam pada bumi Bendan Duwur. Sebuah bayangan keraguan sempat hadir setelah semester pertamaku aku lalui dengan nilai tak menggembirakan, sehingga aku begitu hati-hati menjelaskan pada orang tuaku. Aku semakin berpacu dengan semangat, pelan tapi pasti, aku mulai dapat beradaptasi. Aku mulai belajar dan memahami arti perjuangan hidup yang sebenarnya, disana menawarkan berbagai kesempatan untuk belajar. Belajar ilmu pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan, ekonom, dll. Pokoknya komplit-plit dan ada sesuatu yang berharga menurutku yaitu belajar “memahami” potensi diri dan potensi lingkungan yang kemudian menggiringku untuk ikut organisasi kemahasiswaan.
Aku semakin melebarkan pergaulan dan bertemu dengan berbagai komunitas yang sekarang baru ku sadari bahwa itu semua merupakan ”mata kuliah khusus” yang tak ada di KRS tapi memiliki nilai yang luar biasa sebagai bekal melangkah ke masa yang lebih jauh.
Seketika aku tertunduk lesu dan langkahku menjadi gontai menuju kantin kampus disebelah ruang kelas paling selatan. ”Kantin” ini menjadi saksi bisu ketika aku sering menenggak es kolak yang segar sambil bersendau-gurau, anganku tumpah disana. Kantin yang bersih, nyaman dan mbak Dah (kalau ndak salah nama penjualnya....) dengan senyum ramah dan gaya bahasa khas jawanya ”ngersakke nopo....kolak mesti” aku terseyum kecut karena memang uangku hanya cukup untuk beli es kolak saat itu (ini betul-betul tertawa kalo ingat saat itu). Hari-hariku sering aku habiskan dikantin itu bersama Diah Erin, Erwin Leo, Erwin Batak, Endang Sasi, Catur, Pepen, Diana, Luliek, Dewi Rahma, Sintha, Dewi Ari, Dodiek, Herman Sondeng, Atik rembang, Didiek Kudus, Lilik kancil (memang kayak kancil....), ....wis pokoknya banyak teman-teman yang menjadikan kantin sebagai tempat rapat ”gelap”, aku ndak tau.... entah dimana mereka, aku berharap diantara mereka ada yang membaca cerita ini. Dan aku yakin mereka akan ingat aku yang suka cerita lucu, banyak omong tapi ”lugu tur saru”, nggak tau ya....katanya wajahku mirip komedian Hendro Warkop.....he...he....wajah sama nasib beda........
Ketika senja sore semakin mengajakku tuk membuka kenangan masa lalu, aku jadi malu sendiri. Aku tak kira, dinamika remaja menjadi bagian sejarah hidup yang tak terlupakan meskipun kini usiaku telah berkepala empat. Satu persatu angan dan kenangan menari-nari ingin muncul di monitor komputer yang aku pelototi ketika kutulis sebingkai cerita ini sebagai wujud kerinduanku kepada teman-teman semua. Aku ingin memeluknya satu per satu,....... Maka aku menjadi sangat menyesal karena tak bisa ikut acara reuni di Bandungan atau di Penggaron beberapa waktu lalu. Sehingga semua dendamku akan kutumpahkan disini semoga tidak bosan tuk membacanya.
Sayup-sayup ku dengan suara merdu teman-teman yang berlatih band di audotorium, mungkin Heru dan Yudi (Wahyudi kali)....suaranya merdu, dan hentakan drum Didiek (mungkin...) sungguh ada nuansa romantika kampus yang komplit. Dan tertawa lepas teman kita Erwin Batak bersama teman-teman PAMAFA yang hingga kini masih aktif (Bravo Pamafa), suara lantang mas Parno (Suparno gendut,....sorry...memang gendut kok) bersama mbak Diana Brebes (anggota pramuka kalo ndak salah Racana Pasopati, trus gimana kabarnya Pasopati kita ya......?), serta masih kuingat suara yang tenang dan meneduhkan hati dari sobatku Usman Hadi (aku pernah dengar dia bekerja jadi PNS/PPL di Kab.Blora) dia yang aktif sebagai pengelola organisasi keislaman kampus yang ber”markas” di musholla kampus.
Jika sore hari seperti itu, anganku kembali melayang mengingat pernik-pernik memori dikampus hijauku. Teriakan keras mas Bambang Nain dan kak Geradus (kalo ndak salah...) sedang memberi aba-aba gerakan Tae Kwon Do. Yang saat itu aku sangat bangga karena di Akfarm pernah menjadi pusat latihan Tae Kwon Do dan melahirkan atlit-atlik handal Jateng di tingkat Nasional dan Internasional, aku tau karena aku pernah ikut kegiatan ini dan pernah mendapat pelatih langsung dari Korea (Mr. Alex / Sabom Alex) dan hingga sekarangpun sering aku ceritakan pada ”monicku” jelek-jelek ayahnya pernah jadi atlit lo.....meskipun pernah pingsan kena tendangan ”balcaki’.....he..he.....aku senyum-senyum sendiri......nich.
”Mas....kok senyum-senyum sendiri......ingat nostalgia di sini ya.....” bisik istriku yang tahu-tahu sudah disampingku. Di sore itu.......
Aku tertunduk malu, malu sekali......
Aku mengakui, .......disini farming banyak kenangan kudapat. Termasuk saat kudapatkan istriku tercinta juga di Kampus Farming ini (meskipun bukan anak farming, soalnya aku ndak laku untuk anak farming he...he...).
Aku tak mau pulang sebenarnya, aku masih ingin menumpahkan kangenku pada Kampus yang telah mengukir perjalanan hidupku dan memberiku inspirasi untuk mendapatkan dua anak yang manis-manis semanis kenangan di Kampus Farming.
Sempat aku berpamitan pada ”daun pintu” kampus yang sekarang sepi dan sunyi.
Terima kasih kepada para pembaca yang budiman, dan mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Dan tunggu cerita berikutnya.....Cerio.
Cerita diatas aku tulis setelah aku ajak istriku menengok Kampus Farming di suatu Sore setelah menengok salah satu ”monicku” di Sekaran. Diperjalanan pulang sempat aku ”napak tilas” di tempat-tempat yang pernah aku persama istriku bercerita tentang ”masa depan” dan inilah salah satu cara aku menjalani kehidupan.
Di penghujung malam di akhir tahun 2008.
09 Desember 2008
"KESEMPATAN"
KESEMPATAN
dikatakan:
Orang yang kuat, menciptakan kesempatan.
Orang yang cerdik/bijak memanfaatkan kesempatan.
Bagi orang lemah, bila kesempatan belum datang, dia akan menunggu dan menunggu sampai kesempatan itu datang,
Tipe kedua: bagi orang kuat, bila kesempatan belum datang, dia akan
mengunakan berbagai macam cara, kreatifitas, koneksitas, dan segenap
kemampuannya untuk menciptakan kesempatan itu datang padanya.
Tipe ketiga: bagi orang cerdik/bijak, dia akan memanfaatkan
kesempatan karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu yang
berharga, belum tentu kesempatan itu datang untuk kedua kali.
Memang pada kondisi tertentu, kadang munculnya kesempatan itu butuh

pematangan waktu. Kita perlu menunggu sesaat, tetapi bukan dengan
sikap yang pasif, sebaliknya, kita menunggu kesempatan itu dengan
sikap waspada, proaktif dan penuh kesiapan.
Seperti sikap seekor kucing yang akan menangkap tikus, kucing bisa
dengan sabar, waspada, penuh kesiapan menunggu kesempatan tikus
keluar dari lubang persembunyiannya. Begitu tikus keluar, kucing akan segera menyergap mangsanya.
Keberhasilan kucing melumpuhkan tikus adalah serangkaian proses
melakukan 3 hal yang saya bicarakan di atas, yaitu kemampuan menunggu kesempatan bukan secara pasif tetapi proaktif, penuh kesiapan.
Kesempatan merupakan salah satu factor yang harus dimiliki bagi siapa saja yang mau mengembangkan diri.
Persis seperti yang dikatakan oleh ilmuwan besar Albert Enstein: IN THE MIDDLE OF DIFFICULLTY LIES OPPORTUNITIES. Di dalam setiap
kesulitan terdapat kesempatan.
Pastikan dengan segenap kreatifitas, kerja keras, keuletan dan niat baik kita ciptakan kesempatan, manfaatkan kesempatan untuk
mengembangkan diri semaksimal mungkin dan memperoleh kehidupan yang lebih baik, lebih sukses, dan lebih berarti !!!
Rekan-rekan alumni, mari kita rapatkan barisan, ciptakan kesempatan untuk mengulang kembali masa kejayaan ALMAMATER tercinta Readmore »»
Sigit Prasetyo 81
Motto dari Surabaya :
"Yang penting mau belajar , itu kata kuncinya. Semua jadi bisa ditekuni dan dinikmati . Jangan kecil hati dari mana kita datang , lulus , dan kondisi yg ada. Bravo untuk semua , terlebih lagi untuk Almamater kita" . Amin. Wassalam. Readmore »»
08 Desember 2008
Rina Senat 84
Rina_dh@kudus.puragroup.com
Aku lulus tahun 1986 tapi seingat saya wisuda 1997 awal ( mungkin Februari) , karena memang pelaksanaan wisuda tidak tepat setelah kelulusan, kemudian aku melanjutklan kuliah di Malang pada tahun yang sama dan tahun 1991 saya bekerja di perusahaan percetakan dan kertas di Kudus ( suatu disiplin ilmu yang sangat berbeda dengan Farming) . Tapi demikianlah RencanaNYA tak ada bisa menduga, bukan aku pasrah tapi dari sekian banyak lamaran dan bahkan tawaran beasiswa tidak berpihak kepadaku ( ikhlas…. Mungkin Tuhan punya rencana yang lebih baik bukan ?)
Saat ini saya sudah bekerja 17 tahun hampir 18 tahun nanti 1 april 2009 ( aku seperti dapat april mop, karena aku diterima bekerja di PT. Pura Barutama tepat tanggal 1 April 1991 tepat 1 minggu sebelum Idul Fitri).
Beberapa kali aku mengikuti undangan reuni, yang pertama saya menghadiri reuni di kampus (di ruang aula) saya lupa persis tahunnya, tetapi yang mengadakan adik kelas 1 tahun dibawah saya dengan beberapa teman adik kelas yang semua berdomisili di Semarang, bahkan waktu itu acara siang ada Bp. Harso Wardono (angkatan saya keatas paling kenal beliau selain alumni Farming, bekerja sebagai Managing Director di BAT, dan sebagai dosen Farming ), lalu malamnya masih ada pertemuan resepsi juga sepertinya, yang jelas masih banyak teman-teman dan kakak kelas datang berkunjung ke kampus.
Dua pertemuan berikutnya dilaksanakan oleh kakak kelas di Bandungan dan dua kali itupun saya datang meskipun agak terlambat, intinya pertemuan ini temu kangen, menjalin tali silaturahmi, reuni pertama ini akan ditindak lanjuti 3 tahun mendatang .
Dan pada tahun 2008 ini adalah reuni yang sudah disepakati dengan tim panitia yang sama dengan ditambah dengan panitia tambahan jadi makin seru, meskipun tidak semua panitia bisa bekerja maksimal ( termasuk aku ) tetapi reuni Bandungan yang kedua kakak kelas seangkatan mas Pujo, mba’ Yuli Tangahu, Mba’Lisa, Mas Juliardi, mas Gatot dan masih banyak lagi cukup memberi nuansa "Caping-Caping Kuning" ( maklum senior-senior ini cukup galak waktu itu, dan mereka ingat dosa saat gojlog kami dulu…. Ha…ha.. ha… ada yang secara khusus telp dan minta maaf pada saya lho… padahal aku sudah lupa tapi nama masih melekat di hati SOPRAN CANDRA semoga dia membaca tulisan ini….
Dari beberapa pertemuan memang ada haru, rindu dan tentu bahagia meski tak semua cerita bisa terungkap khususnya tentang Akademi Farming kita tercinta yang tiap tahun jumlah peminat makin menurun. Rasanya ingin melakukan sesuatu tapi bagaimana caranya ? ada gelisah yang belum juga terjawab, bagaimana membuat Farming kembali berjaya seperti saatku kuliah dulu, karena setiap ketemu alumni selalu berbuntut keprihatinan tentang kondisi Farming yang makin sedikit peminat, mungkin karena ini era digital, era informasi dimana pertanian sudah tidak lagi menjadi skala prioritas.
Tidak sempat dipaparkan bagaimana perkembangan dan pertumbuhan Farming saat ini dari sisi prestasi, jumlah mahasiswa ataupun kegiatan akademis yang terakhir muncul adalah perlu bantuan alumni untuk mencari mahasiswa baru agar kegiatan perkuliahan masih bisa berjalan dengan baik. Dan saat ini ada sudah dibuka kelas dibeberapa kota diluar Semarang. Semua kegiatan AKFARM – STIFARM bisa diposting diblog ini yang telah dipersiapkan oleh alumni yang peduli kampus sdr. kita Hengki Hermawan angkt 88 dkk PAMAFA. Sehingga kondisi terkini dari kampus dan dukungan / support apa saja yang diperlukan bisa dikomunikasikan, saya yakin dari sekian banyak alumni yang sudah menduduki posisi strategis masih memiliki semangat "Suwakul, Caping-Caping Kuning "dan semangat "Human Relationnya Pak Timan" untuk kembali menyemarkkan kampus dengan ide, gagasan atau support yang lain ( itu kalau Kampus berkenan tentunya).
Kembali lagi, Apakah hanya dengan reuni dan mengenang kampus kita itu cukup ? apakah tidak ada yang bisa kita lakukan untuk kampus kita ? Akademi /STIP Farming kita? Bukankah pemerintah sudah mencanangkan tahun 2010 akan menuju Indonesia pertanian organic apakah kita tidak bisa menjadi bagian dari pembangunan Indonesia sepertu dulu Farming terkenal dengan program BUTSI ? dan alumni tersebar di nusantara…. Dulu aku begitu bangga dengan alumni yang bisa merambah Kalimantan, Sulawesi dan Sumtara dan mereka membawa program Farming padahal mereka belum lulus tetapi nama dan kualitas mahasiswa Farming cukup bisa menyaingi Universitas Negri untuk bidang pertanian, karena Farming sangat lengkap tisak specific Pertanian, Perkebunan atau Peternakan dan Perikanan. Tetapi semua ilmu itu ada, maka disebut FARMING.
Lalu kemana semangat Farming kalau saat ini tempat praktek Suwakul saja sudah tidak ada, mahasiswa semakin menurun minatnya, yang kudengar justru kegiatan extra kurikuler PAMAFA yang lebih mendominasi kegiatan kemahasiswaannya… cukupkah kita hanya mendengar berita mereka…? Cukupkah kita mendengar cerita mereka? … cukupkah kita terharu dan bahkan meneteskan air mata karena kondisi kampus, dosen, mahasiswa dan beratnya tugas yayasan untuk tetepa menjaga Farming tetap exist ?
Gelisah hati ini, berkaca mataku mendengar cerita mereka…. Demikian sedihkah cerita kampusku…. Yang telah membuat para alumni menduduki posisi di pemerintahan, menjadi bagian pending dari perusahaan, telah mandiri sebagai pengusaha…. Bahkan ada yang terjun sebagai pendidik….. tidak adakah waktu kita berpikir sejenak, meluangkan waktu untuk almamameter kita ? TIDAK INGATKAH KITA BAGAIMANA DULU Pak Timan mendidik dan membesarkan kita ? dimana hati kita…. Dimana semangat kita….?
Lupakan jabatan kita, pangkat kita, golongan kita, siapapun kita masing-masing pasti ada kesempatan, bisa berupa waktu, tenaga, ide/ pemikiran, jaringan, informasi atau hal lain yang bisa kita saling berbagi membentuk kegiatan yang bisa dilaksanakan oleh adik-adik mahasiswa, atau alumni yang masih membutuhkan aktifitas dan ruang untuk mengekspresikan kemampuannya dan itu semua dilaksanakan untuk membangkitkan Farming kita tercinta dari kondisi yang nyaris lemas.
Alhamdulillah pada reuni 25 tahun PAMAFA ( Pecinta Alam Farming ) Kabupaten Semarang, banyak dihadir adik-adik kelas yang tidak sempat terjaring di reuni sebelumnya dan dari cerita dan pengalaman mereka gayungpun bersambut kita para alumni akan melakukan kegiatan untuk membangitkan semangat dan semarak Farming melalui kegiatan kemasyarakatan di Purwodadi dan kegiatan "Sekolah Alam dan Outworld bound " di kampus. Tepatnya seperti apa? Dibawah akan disampaikan secara garis besar. Bila alumni ada masukan maka kegiatan ini masih terbuka untuk disempurnakan menjadi lebih baik untuk akademi kita tercinta.
Maksud dan Tujuan
1. Manjalin tali silaturahmi antar alumni.
2. Menggiatkan kampus farming sebagai tempat generasi muda Indonesia memberuikan darma baktinya bagi Negara.
3. Membantu adik-adik meningkatkan kompetensinya melalaui pengalaman dan ketrampilan dalam dunia usaha (baik formal maupun informal).
4. Memberi akses. Info pada teman-teman alumni yang belum mendapatkan pekerjaan dan menjembatani bagi alumni yang ingin berbagi.
Rencana Kegiatan
1. Kegiatan mengalirkan sumber air dari gua karst di pegunungan Sukolilo untuk masayarakat dearah Purwodai, tempat dan lokasi yang tepat akan disurvey oleh adik-adik Mahasiswa Farming dan alumni yang saat ini active dalam kelompok Pecinta Alam Farming (PAMAFA) gua karst. Dan alumni kita ada yang jadi ketua se Jateng ( Sunarti) dan ada yang sudah profesional untuk tingkat Nasional dan sekarang jadi Tim Peneliti UGM untuk Poptensi karst (Bagus Yulianto). Hm….salut sama mereka.
2. Kegiatan ini akan dipusatkan dikampus Farming Bendan Nduwur agar kampus kita ramai oleh pengunjung dalam bentuk sekolah alam untuk anak-anak, kegiatan outworl bond dan agrowisata di kampus. Karena sekarang sedang tren tanaman hias, buah dalam pot, makanan ala pedesaan, jadi kita akan sulap kampus kita sebagai kampus alam, dan wisata agro hanya dibuka saat tanggal merah. Dengan demikian maka tidak mengganggu jam perkuliahan. Apalagi Mas Wardi ( masih ingat tidak, asisten pak … yang di Suwakul) sekarang ada dikampus karena Suwakul sudah tidak ada, jadi tenaga dan keahliannya bisa dimanfaatkan dalam kegiatan ini. Termasuk mahasiswa yang sekarang juga tinggal di kampus karena tersedia mess buat mereka.
3. Memberi pelatihan bagi kampus atau sekolah diluar kampus untuk Mahasiswa Pecinta Alam Farming (PAMAFA) yang sudah terkenal sejak tahun 1984 dan disegani di Jawa Tengah dan Nasional dan sampai saat ini alumni farming ex pamafa banyak pekerja dibidang panjat memanjat dan lingkungan. Lengkap rasanya potensi kita yang bisa saling bersinergi.
Harapan
1. Kegiatan ini masih sangat sederhana, mungkin juga tidak terlalu prestisius, tetapi kita mulai dari yang bisa kita lakukan untuk Akademi /STIP Farming tercinta mulai dari yang kecil, mulai dari kemampuan diri sendiri dan Insya Allah kita sudah mulai dari sekarang sepulang dari Penggaron kemarin, tim kecil sudah mulai dirancang dan sebagai kegiatan persiapan sudah diproses.
2. Kegiatan ini meskipun kecil akan menjaga tali silaturahmi diantar alumni, menjadi jembatan bagi adik-adik kelas untuk meniti jalan masa depannya karena banyak jalan menuju ke Roma yang terbentang didepannya, juga memberi semangat pada mereka (adik-adik kelas) agar belajar bukan hanya dari buku tetapi pengalaman dan ketrampilan sangat menunjang keberhasilan dalam menaklukkan rintangan untuk mencapai kebahagiaan dan memberi peluang bagi teman-teman yang karena sesuatu hal masih belum mendapatka pekerjaan yang memadai, dan juga memberikan peluang dan kesempatan bagi yang sudah berkecukupan untuk berbagi karena aku ingat “diantara rizki kita ada rizki orang lain yang harus kita berikan”
3. Sepertinya PAMAFA sudah membuka dompet untuk kegiatan tersebut diatas, dan saya juga mengusulkan agar dibuat laporan tertulis yang bisa diakses lewat blog PAMAFA alamat http://pamafacamp.multiply.com/ atau blog IKALAF ini yang sudah tersedia "FORUM SETIAP ANGKATAN" termasuk kegiatannya. Bahkan saya juga mendengar ada yang mengusulkan bagaimana kalau dibuat iuran bulanan maksudnya dikirim tiap bulan meskipun kecil akan tidak terasa dari pada besar sekali mungkin akan memberatkan. Saya pikir cara apapun silahkan dipilih yang penting dilakukan dengan ikhlas dan tidak memberatkan, karena dengan berjalanya waktu tentu setiap keluarga sudah punya pos biaya masing-masing, maka kalau saya boleh berpendapat keluarkan saja dari dana sodaqoh atau zakat mal meskipun tidak sebesar nilai total tetapi bisa sebagian kecil dari zakat. Yang penting bukan besarnya tetapi saat ini bagaimana kegiatan ini bisa diterima oleh para alumni, dan bagi yang berminat silahkan bergabung dan bagi pemerhati ditunggu komentar dan masukannya. Selalu ada manfaat dan hikmah dari setiap kegiatan. Insya Allah ini dimulai dari niat baik untuk kebaikan Akademi/STIP Farming dan keluarga alumni.
Kesimpulan dan Penutup.
Akademi/STIP Farming Semarang tempat kita menimba ilmu telah memberi warna bagi perjalanan hidup kita, seberapapun kecilnya.
Saya merasa prihatin mungkin juga para alumni, kalau suatu saat kelak kampus kita tidak ada dan kita tidak bisa menjawab ketika anak atau cucu bertanya dimana dulu ayah, Ibu atau Eyang Kuliah….? Sudah tutup nak karena tidak ada lagi yang berminat sekolah disana. Mungkin tulisan Andrea Hirata dalam LASKAR PELANGI bisa menginspirasi kita untuk berbuat sesuatu untuk Akademi/STIP Farming tercinta.
Aku juga bangga pada John Alex Doko yang masih rajin menjenguk Kampus saat dinas di Semarang atau menengok putrinya yang kuliah di UNDIP, atau bagi teman-teman yang kebetulan berdinas di Instansi Pemerintah (Ristyowati, Atik Syah, Nora. Jeki, Ofif, mas Agung, Mas Pujo, Mas Bambang, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang ada didala album kenangan reuni dan sudah menyampaikan pesan di daerahnya untuk mengirim lulusan SLTA untuk kuliah di Farming. Tapi tulisan ini dibuat untuk teman-teman yang membutuhkan informasi, dan kami berharap sekecil apapun makna tulisan ini semoga bermanfaat.
Hanya kepadaNYA segala kebaikan aku persembahkan karena DIA pemilik segala sesuatu yang tidak kita ketahui dan semoga niat, upaya dan langkah kecil ini mendapat RidhoNYA.
Aku juga minta maaf bila tulisan ini ada yang kurang tata krama, trap silo dan kurang berkenan, berusaha menyampaikan pesan dari gerakan alumni yang sudah diawali di Penggaron. Segala kekurangan saya minta maaf.
Tapi sesungguhnya ada sebuah cahaya jernih yang menggerakkan nurani ini untuk memberi yang terbaik bagi almamater Akademi/STIP Farming tercinta. Semoga berkenan.
Bila setiap orang akan kembali padaNYA maka “hanya ada 3 perkara yang tidak akan pernah putus amalannya, yaitu anak yang sholeh, ilmu yang bermanfaat dan amal jariyah” itu yang mendasari langkahku… dan Semuanya aku lakukan dengan Ikhlas…..
07 Desember 2008
Idul Adha

Idul Adha (atau di Indonesia , Hari Raya Haji, bahasa Arab: عيد الأضحى) adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika nabi Ibrahim (Abraham), yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk Allah, akan mengorbankan putranya Ismail, kemudian digantikan oleh-Nya dengan domba.
Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan shalat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah shalat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.
Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat Islam.
Pusat perayaan Idul Adha adalah sebuah desa kecil di Arab Saudi yang bernama Mina, dekat Mekkah. Di sini ada tiga tiang batu yang melambangkan Iblis dan harus dilempari batu oleh umat Muslim yang sedang naik Haji.
Hari Idul Adha adalah puncaknya ibadah Haji yang dilaksanakan umat Muslim
Readmore »»06 Desember 2008
Di Suwakul Aku Mencari
Terimalah salam hormat saya kepada semua pembaca umumnya Alumni Farming Semarang khususnya.
Kesempatan ini aku ingin membagi cerita ( maaf.....mungkin belum mampu membagi duit.....). Sebelumnya aku ucapkan terima kasih kepada kang Didik Kudus, karena telah bersedia menerima telponku, dan maaf mungkin terkejut, kok dapat nomer telponnya. Inilah berkat di dunia maya pula aku bisa kontak sama sahabat handai tolan yang berpisah oleh waktu selama 20 tahun lamanya.
Sekarang..... aku merasa kembali muda dan dengah mudah khayalanku berontak untuk kembali ke suatu masa yang indah, yang lucu, yang "gila", yang sedih. Pokoknya aku sempat bermimpi dimasa 80-an. Dan anehnya aku kembali suka lagu - lagu/ musik di era 80-an seperti di suatu acara TV (acara Zone 80-an masih ada) yang kemudian menjadi acara favoritku (ini bukan iklan lo....)
Yang jelas, dengan tersambungnya benang komunikasi ini membuat tanganku selalu gatal untuk menulis yang merupakan bakat terpendamku. Mungkin, bagi temen-temen seangkatanku (84) sudah maklum kalo aku paling getol jadi juru tulis, juru ngomong, dan tukang "nggedebus" he....he....ngaku nich ye....tapi itu dulu lo.....

Aku ada CERngatPEN (cerita sangat pendek) nich....
Disuatu saat, ketika aku ada acara "dinas" (cailaaa ...gaya), aku akan melewati kota Ungaran, Maka aku segera ingat bahwa aku pernah menjadi penghuni "penjara" (baca : tempat praktek) Suwakul. Setelah acara "dinas" selesai. aku sengaja tidak langsung pulang. Aku mencoba ingin singgah di dunia "fantasi" Suwakul. Dan kuingat disana ada tokoh yang aku hormati yaitu Bapak AJ. Sutopo, Mas Wardi, Mas Selamet, Bapak Kasiha. Ndak tau sekarang beliau-beliau dimana ? tapi kabar terakhir Mas Wardi sekarang di Kampus Bendan ( benar ndak ya...?)
Aku dari arah selatan (Solo) menuju utara (Semarang) dan didepan RSUD Ungaran aku membelokan kekiri sehingga masuk jalan lingkar (tidak lewat kota). Aku mulai gelisah saat melewati alun-alun, dan ada terminal kecil sebelum membelok kekanan kearah Semarang (untuk belok kekiri ke Gunungpati). Dari kejauhan sudah terlihat sebuah bukit kecil bila dibanding Gunung Ungaran dibelakangku, bukit itu bernama "Gunung Suwakul" aku ndak tau kenapa dinamakan Suwakul, mungkin duku ada "wakul" (tempat nasi) tumpah disana. Semakin dekat dengan Suwakul semakin kencang detak jantungku. Muncul rencana dibenakku, aku akan mampir dan akan menengok "tanda jejak" yang pernah aku buat dulu.
Lamunanku hancur beterbangan setelah bunyi klakson keras dari sebuar bus dibelakangku, aku baru saja melamun dan menjalankan motorku terlalu ketengah. Mungkin sopir bus "misuh"......jangkrik... naik motor kok ngalamun sampai ditengah jalan, dasar cah ndeso. Segera aku menepi dan mengurangi laju motor bututku dan kujalankan pelan dan pelan sekali.
Aku kembali gelisah, karena sebagian jalan sudah tak kukenali lagi....aku "pangling". Aku kemudian berhenti disuatu tempat yang kukira dulu jalan masuk ke komplek Suwakul, tapi akutercekat dan terpana seketika, karena benar-benar aku sudah tak mengenali tempat itu lagi. Dulu tempat itu begitu rimbun dengan pohon klengkeng, pohon ace/ rambutan, pohon pisang, pohon randu, yang dibawahnya penuh kenangan (hayooo siapa yang dibawah pohon randu itu......) dan yang jelas ada pohon pepaya jingga yang uahnya besar-besar....duh dimana ya sekarang. Tiba-tiba aku rindu akan suasana Suwakul semasa 20 tahu yang lalu, disana ada asap tipis mengeul yang membawa aroma khas serta suara binatang yang khas pula (nama binatang itu aku ndak tau....)
Aku tak menyalahkan perubahab, bahkan kadang-kadang yang ekstrinpun aku mendukung. Tapi kali ini, ada sebagian hatiku yang terenggut dengan paksa. Begitu masgul hatiku,.....ndak tahu kenapa, yang jelas ada sesuatu yang hilang. Dulu aku dengan banggga menenteng"teodolit pinjaman" untuk praktek TGT, mengukur elevasi, menentukan "azimut", menggambar dengan penerangan petromax di bumi Suwakul. Dulu aku begitu bangga dan gembira bisa praktek bertanam (menanam tomat dan kacang panjang), seumur-umur baru itulah aku bisa memetik hasil pertanian yang aku cangkul, aku pupuk, dan aku rawat sendiri, aku begitu antusias membuat laporan dan menganalisa usahataninya. Tapi sekarang, aku sadar bahwa perubahan harus ada..... tinggal perubahan menuju perbaikan atau perubahan menuju kehancuran. Aku tak berani menilai apakah Suwakul terjadi kemajuan atau kemunduran. Tetapi jika aku melihat gejala sekarang ini, dimana dunia pertanian menangis keras dan berteriak - teriak; panen gagal , lahan rusah, pupuk langka, obat pertanian mahal. Karena aku sadar, aku kuliah dulu dan isa menjadi sekarang ini berkat pertanian, karena keluargaku adalah petani, ......duh nelongso hatiku.
Apakah akan ada kejadian, untuk kita semua benar-benar akan kelaparan gara-gara tak ada padi yang ditanam, tak ada jagung yang tumbuh, tak ada singkok yang dicabut. Bahkan sekedar untuk minum masispun gula harus beli dari negara tetangga.
Bahkan aku tak berani menjawan, jika anakku bertanya; " ...ayah dulu sekolah pertanian ? kok aku makan nasi dari negeri tetangga. ......?".......?"
”Monggo Mas......pinarak....ampun teng njawi....”, aku tersentak kaget dari lamunan setelah seseorang yang sudah cukup tua menyapaku dan ternyata aku telah berhenti didepan rumahnya dan ada warung kecil disampingnya.
”Nggih....pak, matur nuwun” dengan gugup aku menjawab sekenanya.
Aku menuntun motorku memasuki halaman sempit di depan warungnya.
”Kopi hangat bu.....” kataku pada seorang ibu muda di dalam warung setelah pantatku menyentuh bangku. Mungkin umurnya baru 5 tahun saat suwakul masih ramai dulu.
Pak Tua masih menatapku seakan bertanya, orang jauhkan aku ?
Sambil menunggu minuman kopi jadi dibuat, aku bertanya pada Pak Tua, ”Ini dulu Suwakul ya Pak....” sambil kupandang wajah tuanya tapi masih menyisakan ketegaran yang luar biasa disana
”Sekarang ya masih Suwakul, Pak...” sahut sekenanya.
”Bapak dari mana? Sambungnya.
Aku terdiam sebentar karena menerima segelas kopi panas yang disajikan ibu muda tadi, dan sahutnya ”Bapak pernah kesini ya .......?.”
”Ya....pernah, dan saya dari jauh, tapi dulu Suwakul ndak seperti ini” jawabku sambil memandang ke seberang jalan, dan lalu lalang kendaraan seakan tak akan putus.
Kemudian aku bercerita panjang lebar tentang kegiatanku dulu di tahun 85-an dimana Suwakul masih asri, bertanah merah segar (mungkin akan aku ceritakan dalam kisah yang lain).
Tapi kini, telah berdiri sebaris rumah megah, jalan beton semen, dan berjajar mobil didalam kompleks. Aku mengira wah......ini pasti perumahan dosen farming, he...he....pikiranku mulai usil. Tapi Pak Tua seakan tahu pikiranku dan berkata ” Ini perumahan biasa kok Pak, dan sekarang tak ada lagi kegiatan pertanian oleh anak-anak farming seperti 10-20 tahun yang lalu, sekarang ndak seperti dulu.....”
”O..ooooo,.....” sahutku.
Aku segera bangkit dan ku bayar segelas kopi manis-nya, aku pamit setelah mengucapkan terima kasih pada Pak Tua setelah memberiku pesan: ”Pak, mbok anak-anak muda sekarang diajari pertanian lagi, agar yang tua-tua ini segera diganti, gimana mau bertani baik ,la wong nyangkul saja saya sudah ndak begitu kuat dan yang muda ndak ada yang mau, trus anak cucu kita mau makan apa”.
”Nggih pak.....” jawabku agak ketus.
Aku segera melarikan motorku, kencang dan kencang sekali....aku jadi takut ke Suwakul lagi, takut kalau digugat ndak bisa ngajari bertani generasi muda sekarang...Duh piye ki......
Dari tanah Gersang, Medio di ujung tahun 2008
Ku tulis ditengah malam setelah kutengok anak dan istriku yang tidur pulas dan tak tau kegelisahan ayah dan suaminya, besok apa bisa minum rasa manis ndak...?.......?