Pagi ini, 4 Februari 2009 kota kediamanku yang terletak di Propinsi Banten dan merupakan kota satelitnya Jakarta diguyur hujan sejak menjelang subuh. Udara segar menyeruak masuk paru-paru kala membuka jendela dan pintu rumah. Dengan penuh rasa syukur kepada Sang Khalik, aku memulai aktifitas harianku.
Dengan alat transportasi yang setia menemaniku melaksanakan tugas, aku menembus padatnya lalu lintas kota. Hujan masih turun, walau tidak sederas subuh tadi.
Dinginnya udara, dan jalanan yang basah karena hujan tidak mengurangi hiruk-pikuk jalanan yang dipenuhi oleh orang-orang berlalu lalang hendak pergi ke tempat aktifitas masing-masing.
Setelah mengantar anak-anakku ke sekolah, aku lanjutkan perjalanan ke tempat kerja, lambat tapi pasti. Sambil menembus padatnya lalu lintas kota aku menghidupkan radio mendengarkan siaran dari stasiun radio kesayanganku, pagi ini mereka memperdengarkan lagu era 70-80. Salah satu lagu pilihannya adalah “Mutiara yang hilang”, aku ikut mendendangkan lagu itu:
Lama sudah aku mencari,
ketenangan di dalam diri
Dinginnya udara, dan jalanan yang basah karena hujan tidak mengurangi hiruk-pikuk jalanan yang dipenuhi oleh orang-orang berlalu lalang hendak pergi ke tempat aktifitas masing-masing.
Setelah mengantar anak-anakku ke sekolah, aku lanjutkan perjalanan ke tempat kerja, lambat tapi pasti. Sambil menembus padatnya lalu lintas kota aku menghidupkan radio mendengarkan siaran dari stasiun radio kesayanganku, pagi ini mereka memperdengarkan lagu era 70-80. Salah satu lagu pilihannya adalah “Mutiara yang hilang”, aku ikut mendendangkan lagu itu:
Lama sudah aku mencari,
ketenangan di dalam diri
atau tempat pautan hati
kala ku sendiri...
Dikaulah mutiara yang lama kucari
Sekarang berjumpa...
Mutiara yang hilang hanyalah kiasan,
Dikaulah mutiara yang lama kucari
Sekarang berjumpa...
Mutiara yang hilang hanyalah kiasan,
tapi dikau orangnya...
Kini aku telah bertemu
Kini aku telah bertemu
dia yang telah lama kucari
Mutiara yang hilang dulu
Mutiara yang hilang dulu
jumpa lagi....
Ketika lagu tersebut selesai, hening.....,
Ketika lagu tersebut selesai, hening.....,
tiba-tiba pikiranku melayang dan seolah yang bernyanyi tadi adalah ALMAMATER tercinta AKADEMI FARMING SEMARANG.
Dadaku bergejolak, perasaan sedih, haru bercampur aduk; tidak terasa setitik cairan bening mengambang dimataku.
Aku, anda, dia dan kita semua adalah mutiara-mutiara yang telah lama dicari oleh almamater kita.
Ya..! Kita semua adalah mutiara-mutiara yang dibentuk oleh “kerang mutiara” yang bernama AKADEMI FARMING SEMARANG.
Rekan-rekan alumni, mari kita rapatkan barisan, buat karya nyata, merangkai diri menjadi perhiasan mutiara yang indah bagi almamater, sehingga mempesona bagi yang melihat dan menjadi daya tarik bagi yang mendengar nama Sekolah Tinggi Farming Semarang.
Salam caping-caping kuning
Dadaku bergejolak, perasaan sedih, haru bercampur aduk; tidak terasa setitik cairan bening mengambang dimataku.
Aku, anda, dia dan kita semua adalah mutiara-mutiara yang telah lama dicari oleh almamater kita.
Ya..! Kita semua adalah mutiara-mutiara yang dibentuk oleh “kerang mutiara” yang bernama AKADEMI FARMING SEMARANG.
Rekan-rekan alumni, mari kita rapatkan barisan, buat karya nyata, merangkai diri menjadi perhiasan mutiara yang indah bagi almamater, sehingga mempesona bagi yang melihat dan menjadi daya tarik bagi yang mendengar nama Sekolah Tinggi Farming Semarang.
Salam caping-caping kuning
JN'84
1 komentar:
mutiara tak pernah lupa akan kerangnya..... mutiara itu kini sedang bergerak saling menggesek seperti bola salju yang makin lama makin besar. kalaupun karena tugas mereka harus jauh dari kerang, tapi kita sama-sama yakin bahwa hati mereka sedang berkumpul dan mulai memikirkan almamater, apalagi bila almamater memerlukan mutiara.... Tuhan Maha Membolak balikkan hati... yang jauh makin mendekat dan semoga yang telah dekat semakin kuat dan tak akan menjauh...
tulisanmu bagus.
rina'83
Posting Komentar