IPTEK VOICE : Plasma untuk pengolahan sampah
Jumat, 10 Juli 2009
Berbagai solusi teknologi penanggulangan sampah dari negara-negara maju sepertinya sudah pernah ditawarkan, namun sepertinya teknologi-teknologi yang ditawarkan masih selalu membutuhkan berbagai kajian khusus, mengingat permasalahan sampah di Indonesia cukup unik dibandingkan permasalahan di berbagai negara maju. Hal ini dapat dilihat mulai dari permasalahan kultur bangsa Indonesia yang tidak disiplin, hingga permasalahan regulasi pemerintah yang masih sangat lemah.Untuk lebih jelasnya, Dr. Anto Tri Sugiarto, Peneliti Pusat Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi, LIPI menyampaikan dalam program radio Kementerian Negara Riset dan Teknologi, IPTEK VOICE yang disiarkan oleh Bahana 101.8 FM, Kamis 9 Juli 2009 pada pukul 08.00-08.45.
Jumat, 10 Juli 2009
Berbagai solusi teknologi penanggulangan sampah dari negara-negara maju sepertinya sudah pernah ditawarkan, namun sepertinya teknologi-teknologi yang ditawarkan masih selalu membutuhkan berbagai kajian khusus, mengingat permasalahan sampah di Indonesia cukup unik dibandingkan permasalahan di berbagai negara maju. Hal ini dapat dilihat mulai dari permasalahan kultur bangsa Indonesia yang tidak disiplin, hingga permasalahan regulasi pemerintah yang masih sangat lemah.Untuk lebih jelasnya, Dr. Anto Tri Sugiarto, Peneliti Pusat Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi, LIPI menyampaikan dalam program radio Kementerian Negara Riset dan Teknologi, IPTEK VOICE yang disiarkan oleh Bahana 101.8 FM, Kamis 9 Juli 2009 pada pukul 08.00-08.45.
Anto menjelaskan plasma merupakan bentuk zat keempat. Merupakan kondisi gas terionisasi yang juga terjadi di alam seperti halilintar dan aurora. Sedangkan dalam bidang industri plasma dapat dibuat dengan menggunakan metode electrical discharge. Plasma yang terbentuk akan memiliki suhu yang sangat tinggi.Plasma dalam teknologi plasma dapat didefinisikan sebagai gas yang terionisasi, terdiri dari partikel neutron, ion positif, ion negatif dan elektron yang merespon secara kuat medan magnetik. Plasma juga dapat dikatakan sebagai atom yang kehilangan elektron karena beberapa atau semua elektron di orbit atom terluar telah terpisah dari atom atau molekul. Hasilnya adalah sebuah koleksi ion dan elektron yang tidak lagi terikat satu sama lain. Untuk menghilangkan elektron dari atom dibutukakan suatu energi, energi tersebut berasal dari panas, listrik ataupun cahaya. Partikel-partikel ini terionisasi (bermuatan) sehingga terbentuklah plasma.
Alat untuk membuat plasma ini bisa dari yang paling kecil sebesar ukuran microwave juga ada atau yang paling besar sebesar tangki minyak tanah juga ada, pengolahan sampah pada prinsipnya untuk metode plasma semua sampah atau semua limbah dapat diproses langsung baik sampah rumah tangga maupun industri plasma reaktor akan dioperasikan tanpa oksigen yang masuk dalam plasma reaktor, sehingga tidak terjadi proses pembakaran. Dengan suhu yang dapat mencapai 10.000 oC, plasma dapat menguraikan berbagai senyawa beracun dalam waktu 1/1.000 detik. Sehingga dapat mengeliminasi proses pembentukan senyawa lain dan pembentukan gas beracun yang biasanya terjadi pada sebuah pembakaran dari insinerator. Dengan cara pembakaran membuat suatu tungku didalamnya kita buat chamber pressure kita gunakan dua buah elektroda bertenggangan tinggi kemudian sampah kita masukkan,lalu elketrodanya kita beri tegangangan listrik sehingga plasma terbentuk didalam nanti suhu terbentuk didalam, suhunya plasma terbentuk, suhu didalamnya panas sampah dengan sendirinya akan terurai, sampah organik tidak akan ada sisanya sama sekali seperti nasi, sayuran akan menjadi gas dan air, tetapi kalau ada sampah logam akan meleleh kemudian akan mengkristal dan bisa kita daur ulang dan di manfaatkan kembali.
Anto menjelaskan kajian sampah pertama kali digunakan di Jepang pada tahun 1999 sudah ada pembangkit listrik tenaga sampah, sekarang sudah cukup banyak digunakan di negara-negara maju, sedangkan untuk di Indonesia potensinya sangat besar karena Indonesia mempunyai banyak sampai hanya saja pengenalan dari teknologinya kita masih sangat awam dengan teknologi plasma ini .
Anto menjelaskan untuk merealisasikan teknologi ini kendala paling besar adalah kooridnasi dengan beberapa pihak dalam hal ini adalah sosial ekonomi karena banyak juga yang berkepentingan dengan sampah itu. Teknologi plasma untuk sampah kemudaian menjadi energi dibutuhkan beberapa pihak dari sisi pengembangan teknologinya plasmanya itu sendiri untuk mengolah sampahnya memang dari LIPI mengembangkan instrumentasi peralatan tersebut namun ketika sudah menjadi energi kita membutuhkan orang yang menguasai untuk membuat turbin gas untuk menghasilkan energi tersebut , Anto juga menjelaskan kalau di perhatikan dari beberapa negara maju yang mengembangkan teknologi ini seperti di Jepang mereka terdiri dari beberapa industri mereka terdiri dari beberapa industri, pemerintah dari segi risetnya mereka bekerjasama untuk mengembangkan teknologi ini bisa dikatakan teknologi plasma ini multi bidang dan multi regulasi. Anto mengharapkan kepada pemerintah marilah kita mencoba agar lebih peduli iptek dari dalam negeri selama ini kita berusaha untuk menciptakan teknologi itu dari bangsa sendiri selama ini kita selalu memanfaatkan teknologi dari luar kita membeli alat sehingga kita tidak mengenal teknologi kita, kedua agar masyarakat lebih peduli kepada sampah ini sendiri karena kalau kita mengolah sampah memakai plasma tetapi plasma dibuang sembarangan tidak ada sampahnya maka energi plasmanya tidak bisa digunakan mari kita buang dengan baik agar dapat diolah lebih lanjut dan dimanfaatkan dapat menghasilkan produk yang multiguna.
Sahabat Iptek...simak terus informasi Iptek yang menarik dan berguna lainnya dari narasumber pakar dibidangnya pada siaran radio IPTEK VOICE setiap Selasa sampai Jumat pukul 08.00-08.45 WIB di Bahana 101.8 FM.
IPTEK VOICE "The Sound of Science". (rgp,dw/adpdki) 9 Juli 2009
 
 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar